Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Desember 2011

THE LUCK FACTOR

Pernahkah Anda mengalami sebuah masa dimana Anda merasa sangat beruntung? 
Atau sebaliknya, Anda merasa sampai hari ini belum pernah merasa beruntung dalam hal apapun?
Apapun yang terjadi dan belum atau pernah anda alami itu hanyalah subjektivitas belaka.
Ada diantara kita yang merasa menjadi orang yang sangat beruntung (Lucky), bahkan lebih banyak lagi yang merasa kurang beruntung atau bahkan tidak beruntung (UnLuck).
Benarkah keberuntungan itu ada?
Kalaulah ada, bentuknya seperti apa dan bagaimana mekanisme kerjanya?
Kalaulah tidak ada, kenapa ada orang yang mengatakan bahwa "saya beruntung"?
Kalau saya bukan tipikal orang yang beruntung (the lucky guys), apakah saya bisa membuat diri saya menjadi orang yang beruntung (the lucky guys)?

LUCK FACTOR

Seorang ahli Psikologi ternama Dr. Richard Wiseman mengarang sebuah buku dari berbagai pengalaman dan eksperimen beliau tentang The Luck. Beliau menyimpulkan bahwa keberuntungan tidaklah ada, artinya keberuntungan itu tidaklah ada dengan tiba-tiba dan sudah terinstal sedemikian rupa pada diri seseorang sehingga menyebut dirinya "orang yang beruntung". Karena sebenarnya "orang yang bberuntung" ini memiliki beberapa karakter pribadi yang konsisten yang membuatnya menjadi pribadi yang beruntung. Kabar yang menyenangkan adalah keberuntungan itu memiliki pola dan struktur tertentu sehingga bisa di "modeling" oleh orang lain sehingga menjadi "orang yang beruntung".

Keberuntungan, selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi, padahal keberuntungan juga bersifat non-materi. Contoh, keberuntungan yang selalu dikaitkan dengan materi. Seorang tukang becak memasang lotre atau undian berhadiah, setelah diundi dia mendapatkan hadiah terbesar yang tidak "disangka-sangka", yaitu sebuah mobil mewah seharga Rp. 1 milyar. Padahal undiannya hanya dibelinya seharga Rp.10.000. Lalu, banyak orang yang mengatakan "dia orang yang beruntung".
Tetapi berbeda halnya dengan seorang mahasiswa yang sudah belajar sedemikian tekunnya, dan pada saat ujian dia mendapatkan nilai yang terbaik "A++", apa yang akan dikatakan orang kepadanya? "Ah, itu wajar, kan dia sudah belajar dengan sangat tekun."

Perhatikan cara kita mensikapi kedua hal tersebut dengan cara yang berbeda, padahal esensi dari keduanya adalah sama. Mereka pada dasarnya mengalami sebuah fenomena yang disebut "beruntung". Hanya saja yang membedakan adalah faktor usaha. Tukang becak tanpa melakukan upaya yang berarti sedangkan si mahasiswa melakukan upaya tertentu yang sangat luar biasa.

Dari sini tentu kita sudah dapat memahami, bahwa ada kunci yang harus dimengerti untuk seseorang bisa mengalami "keberuntungan", yakni berusaha melakukan sesuatu sesuai targetnya. Dengan contoh di atas, si tukang becak melakukan suatu tindakan dengan membeli undian dan si mahasiswa belajar dan ujian. Kalau seandainya, keduanya tidak melakukan sebuah tindakan sekecil apapun, apakah mereka akan tetap mendapatkan keberuntungan? Jawabnya adalah "Tidak Mungkin!".
Kenapa tidak mungkin?  Karena keberuntungan memerlukan sebuah tindakan atau aksi, namun ketika seseorarng tidakmelakukan tindakan atau aksi untuk mendapatkan impiannya, maka dia disebut mendapat "keajaiban" dan bukan "keberuntungan"

Kalau "keberuntungan" bisa diciptakan dan dibentuk tetapi "keajaiban" muncul begitu saja tanpa dibentuk dan diciptakan. Maka, pilihannya sekarang ada di tangan kita, mau menjadi orang yang "beruntung" setiap saat atau hanya menunggu "keajaiban" mendatangi Anda.


Selamat memilih....

Syaiful Huda
Master Do It !!
#CoachEdan

2 komentar: